Nama :
Amiirah Nahdah K
Kelas :
2pa13
Npm : 10513792
Tugas ke 3
A.
Hubungan Interpersonal
Model-model hubungan interpersonal
Hubungan interpersonal adalah
hubungan antara individu satu dengan individu lain yang melandasi komunikasi
interpersonal yang dilakukan. Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita
berkomunikasi, kita bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga
menentukan kadar hubungan interpersonalnya. Model-model hubungan
interpersonal ada 2, yaitu:
1. Model pertukaran sosial
Model ini ketika orang berhubungan dengan orang lain karena mengharapkan
sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Thibault dan Kelley, dua orang pemuka utama
dari model ini, menyimpulkan model pertukaran sosial sebagai berikut, “asumsim
dasar yang mendasari seluruh analisis kami adalah bahwa setiap individu secara
sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan
tersebut cukup memuaskan ditinjau dari segi ganjaran dan biaya”
2.
Model Analisis
Transaksional
Analisis Transaksional (AT) adalah salah satu pendekatan
Psychotherapy yang menekankan pada hubungan interaksional. AT dapat
dipergunakan untuk terapi individual, tetapi terutama untuk pendekatan
kelompok. Pendekatan ini menekankan pada aspek perjanjian dan keputusan.
Melalui perjanjian ini tujuan dan arah proses terapi dikembangkan sendiri oleh
klien, juga dalam proses terapi ini menekankan pentingnya keputusan-keputusan
yang diambil oleh klien. Maka proses terapi mengutamakan kemampuan klien untuk
membuat keputusan sendiri, dan keputusan baru, guna kemajuan hidupnya sendiri.
2.
Memulai hubungan
Faktor-faktor
daya tarik :
a)
Situasional
Seseorang
tertarik kepada orang lain karena dilatarbelakangi oleh factor situasional.
b)
Proximitas
Proximitas
ini menimbulkan daya tarik karena kedekatan nyata atau fisik. Seperti orang
suka kepada orang lain karena dekat tempat tinggal, tempat kerja, dan tempat
duduk.
c)
interaksi
Jarak
fungsional menyebakan adanya kedekatan yang memungkinkan terjadi interaksi.
Dari proses interaksi yang berlangsung secara terus-menerus dapat menimbulkan
daya tarik antara satu orang kepada orang lain.
d)
Keakraban
Saling
bertemu, sering melihat, dan kerap berbicara dapat menimbulkan kedekatan
psikologi.
Faktor
personal atau pribadi
Faktor
personal atau pribadi memberika pengaruh kepada daya tarik seseorang
kepada orang lain, diantaranya :
a)
Daya tarik fisik
Daya
tarik fisik yang dimaksud disini meliputi paras wajah, tinggi badan, dan penampilan
pakaian. Daya tarik menimbulkan rasa suka karena kontak awal pada umumnya
melihat terlebih dahulu melihat fisik, penampilan, atau sesuatu yang mudah di lihat oleh orang lain.
b)
Ketertarikan pribadi
Dapat
menimbulkan daya tarik adalah ketegasan, keiklasan, kehangatan, kejujuran.
c)
Kehangatan
Orang
yang hangat kepada orang lain memiliki daya tarik tersendiri. Kehangatan
menimbulkan daya tarik karena mempengaruhi kesan sebagai orang yang
menyenangkan dimata orang lain.
d)
Kesamaan
Kesamaan
menimbulkan daya tarik. Orang yang sama dengan kita cenderung akan menyetujui
dan mendukung kita. Dalam kesamaan itu ada suatu prinsip kesesuaian yang
dinamankan matching principle.
3.
Hubungan Peran
Model Peran
Terdapat empat asumsi yang
mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan
nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar
lainnya. Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan
pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada
saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk
menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Terhadap analogy yang
diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons
emosional sambil belajar dari respons orang lain.
Kedua, bermain peran
memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak
dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk
mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis
bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Model bermain peran
mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil
menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang
sedang dihadapi.
Model bermain peran berasumsi
bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian
ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang
tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang
sedang diperankan.
4.
Intimacy dan Hubungan Pribadi
Intimasi dapat dilakukan terhadap teman atau kekasih.
Intimasi (elemen emosional : keakraban, keinginan untuk mendekat, memahami
kehangatan, menghargai, kepercayaan). Intimasi mengandung pengertian sebagai
elemen afeksi yang mendorong individu untuk selalu melakukan kedekatan
emosional dengan orang yang dicintainya. Dorongan ini menyebabkan individu
bergaul lebih akrab, hangat, menghargai, menghormati, dan mempercayai pasangan
yang dicintai, dibandingkan dengan orang yang tidak dicintai.
5. Intimacy dan Pertumbuhan
Apapun alasan untuk berpacaran, untuk bertumbuh dalam
keintiman, yang terutama adalah cinta. Keintiman tidak akan bertumbuh jika
tidak ada cinta . Keintiman berarti proses menyatakan siapa kita sesungguhnya
kepada orang lain. Keintiman adalah kebebasan menjadi diri sendiri. Keintiman
berarti proses membuka topeng kita kepada pasangan kita.
Keinginan setiap pasangan adalah menjadi intim. Kita
ingin diterima, dihargai, dihormati, dianggap berharga oleh pasangan kita. Kita
menginginkan hubungan kita menjadi tempat ternyaman bagi kita ketika kita
berbeban.
CINTA DAN PERKAWINAN
A. Bagaiamana memilih
pasangan
Jika kita ditanya orang lain, ingin kriteria seperti
apa untuk pasangan hidup kita kelak? pasti beragam jawabnya.. ada yang ingin
suami cakep atau istri yang cantik, ada yang ingin punya suami kaya raya atau
setidaknya mertua yang kaya raya, atau pasangan hidup yang sholeh dan sholikhah...
Lantas bagaimana jika kita tidak bisa milih sendiri alias dijodohkan.. mungkin
ada yang pasrah seperti cerita Siti Nurbaya, ada yang biasa aja, ada yang
berontak membikin acara minggat dari rumah, bahkan yang paling parah nih sampai
niat bunuh diri.
Pada dasarnya memilih pasangan hidup itu berdasarkan tiga kriteria dasar yaitu
:
- COCOK JADI ANAK DARI ORANG TUA KITA
- COCOK JADI AYAH / IBU DARI ANAK-ANAK KITA KELAK
- COCOK JADI SUAMI / ISTRI KITA
Akan kita bahas
satu persatu ya
- Cocok Jadi Anak Dari
Orang Tua Kita
Terus terang
bagi saya itu orang tua adalah yang paling utama, makanya saya tempatkan
kriteria ini di nomer pertama. Kita semua pasti ingin donk pasangan hidup kita
bisa akur dengan orang tua kita.
Memang terkadang orang tua terkesan 'cerewet' dalam
menilai calon pasangan kita.. yang harus inilah.. yang harus itulah.. tp jangan
berburuk sangka dulu. berpikir positiflah dahulu bahwa itu adalah bentuk
kekhawatiran orang tua kita terhadap kehidupan kita kelak. Mulailah pelajari
apa aja keinginan orang tua sebenarnya dan komunikasi yang baik adalah caranya.
Diskusi sambil minum teh atau pada saat relaks nonton TV bareng. Saya rasa
orang tua sendiri juga sudah bisa menyadari bahwa tidak semua kriteria yang
ditetapkannya itu bisa kita penuhi, jadi anda
jangan langsung menjawab dengan nada protes jika ada kriteria dari orang tua
yang tidak anda sukai. Santai aja teman...
Ibaratnya anda tidak akan bisa langsung menghentikan laju jalan orang yang
berbadan jauh lebih tinggi dan besar dengan cara menghadangnya langsung tanpa
melukai diri sendiri. Iringi dia jalan, ajak bicara dan rangkul dia sambil
perlahan-lahan belokan atau hentikan jalannya.
- Cocok Jadi Ayah / Ibu
Dari Anak-anak Kita Kelak
Ini adalah
kriteria kedua yang saya tetapkan. Nggak mau donk anak-anak kita terlantar
gara-gara suami / istri kita nggak perhatian dengan anak kita. Orang tua harus
perhatian kepada anak entah itu masalah pendidikannya (baik pendidikan agama
ataupun formal), kesehatannya, keperluannya, dan lain2. karena itu adalah salah
satu cara membentuk pribadi anak kita.
- Cocok Jadi Suami /
Istri Kita
Ini adalah
kriteria yang terakhir. Saya menempatkannya di posisi terakhir bukan berarti
saya harus mengalah dan menomor kesekiankan keinginan pribadi saya. Saya juga
mau punya istri yang cantik, seksi, pinter masak, atau apalah kriteria-kriteria
menarik lainnya. saya menempatkan di posisi terakhir itu karena kriteria ini
lebih mudah dicari daripada 2 kriteria diatas. Banyak kok di dunia ini cowok
yang ganteng dan gagah atau cewek yang cantik dan seksi... tinggal pilih aja (
masalahnya cuma satu, mereka mau nggak dengan kita hahaha )
Itulah penjelasan ketiga kriteria yang saya terapkan dalam memilih pasangan
hidup saya. Jujur sejujurnya, dalam masa pencarian saya, terutama untuk
kriteria pertama dan kedua, saya bahkan harus 'memendam agak dalam' perasaan
'CINTA' di hati saya karena harus bolak-balik putus-ganti-putus-ganti dengan
beberapa orang gadis. Bukan berarti mereka banyak 'kekurangan' sehingga tidak
saya pilih, ada beberapa kasus yang justru 'kekurangan' tersebut berasal dari
saya ( tapi mohon maaf tidak bisa saya sebutkan disini ^_^a ). Waktu itu saya
cuma yakin bahwa cinta itu bisa datang belakangan dengan sendirinya seiring
berjalannya waktu, dan ternyata memang seperti itu.
Berbicara tentang memulai hubungan dengan tanpa rasa
cinta, saya ingin menyarankan kepada teman-teman yang dijodohkan oleh orang
tuanya untuk tidak langsung bilang 'TIDAK' terlebih dahulu. Alangkah baiknya
anda kenal dulu 'jodoh' yang diberikan oleh orang tua anda. Memang sih ini
bukan jamannya Siti Nurbaya, tapi apakah anda yakin bahwa 'jodoh' pilihan anda
sendiri itu lebih baik dari 'jodoh' yang dikenalkan oleh orang tua anda??
Mungkin anda bisa belajar dari orang-orang sekitar anda. Teman saya sendiri
dijodohkan dan usia perkawinannya sekarang 7 tahun, juga tidak ada masalah yang
berarti.
Saya tidak menyarankan bahwa memulai hubungan harus
tanpa rasa cinta karena bagaimanapun rasa cinta itu adalah sebuah anugerah yang
indah yang diberikan oleh Allah SWT. Memulai hubungan dengan rasa cinta itu
sangatlah baik, tapi jika tidak memungkinkan seperti itu bukan berarti dunia
mau runtuh kan....
B. Seluk-beluk hubungan dalam
perkawinan
Pada umumnya salah satu tanda kegagalan suami-istri
dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah
akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah
sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan
tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah.
Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan
berkeluarga antara lain:
Kesulitan ekonomi keluarga yang
kurang tercukupi.
Perbedaan watak.
Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam
antara suami dan istri.
Ketidakpuasan dalam hubungan seks.
Kejenuhan rutinitas.
Hubungan antara keluarga besar
yang kurang baik.
Adanya istilah WIL (wanita idaman
lain) atau PIL (pria idaman lain).
Masalah harta warisan.
Menurunnya perhatian kedua belah
pihak.
Domonasi dan intervensi orang tua atau mertua.
Kesalahpahaman antara kedua belah
pihak.
Dari salah satu masalah diatas
yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga
terkadang memicu adanya perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam
kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan
untuk membuka komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan
misskomunikasi. Tanpa mereka sadari dengan keadaan seperti itu malah akan
membuat mereka sulit dalam menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern
dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.
Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan
selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang.
Namun kenyataannya masalah yang
didiamkan bukan membaik, malah memburuk seiring berjalannya waktu yang lama.
Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin jauh di mata, kareana masalah
menjadi seperti benang kusut dan tidak tahu lagi harus memulainya dari mana.
Tabungan cinta cenderung menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah dengan
berkurangnya cinta dan kasih sayang, berkurang pulalah semangat untuk
menyelesaikan masalah. Pada akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan
makin menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain
antara suami dan istri sudah menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikannya
tapi tidak dilakukan sehingga dapat menimbulkan perceraian.
C. Penyesuaian dan
pertumbuhan dalam perkawinan
Perkawinan tidak berarti mengikat pasangan sepenuhnya. Dua individu ini
harus dapat mengembangkan diri untuk kemajuan bersama. Keberhasilan dalam
perkawinan tidak diukur dari ketergantungan pasangan. Perkawinan merupakan
salah satu tahapan dalam hidup yang pasti diwarnai oleh perubahan. Dan
perubahan yang terjadi dalam sebuah perkawinan, sering tak sederhana. Perubahan
yang terjadi dalam perkawinan banyak terkait dengan terbentuknya relasi baru
sebagai satu kesatuan serta terbentuknya hubungan antarkeluarga kedua pihak.
Relasi yang diharapkan dalam sebuah perkawinan tentu
saja relasi yang erat dan hangat. Tapi karena adanya perbedaan kebiasaan atau
persepsi antara suami-istri, selalu ada hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.
Dalam kondisi perkawinan seperti ini, tentu sulit mendapatkan sebuah keluarga
yang harmonis.
Pada dasarnya, diperlukan penyesuaian diri dalam
sebuah perkawinan, yang mencakup perubahan diri sendiri dan perubahan
lingkungan. Bila hanya mengharap pihak pasangan yang berubah, berarti kita
belum melakukan penyesuaian.
Banyak yang bilang pertengkaran adalah bumbu dalam
sebuah hubungan. Bahkan bisa menguatkan ikatan cinta. Hanya, tak semua pasangan
mampu mengelola dengan baik sehingga kemarahan akan terakumulasi dan berpotensi
merusak hubungan.
D. Perceraian dan pernikahan kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam
perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali
setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil.
Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam
perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah
yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin
pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat
mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan. Apa yang akan mempengaruhi peluang untuk menikah setelah bercerai? Ada
banyak faktor. Misalnya seorang wanita muda pun bisa memiliki kesempatan kurang
dari menikah lagi jika dia memiliki beberapa anak. Ada banyak faktor seperti
faktor pendidikan, pendapatan dan sosial.
Sebagai manusia, kita memang mempunyai daya tarik atau
daya ketertarikan yang tinggi terhadap hal-hal yang baru. Jadi, semua hal yang
telah kita miliki dan nikmati untuk suatu periode tertentu akan kehilangan daya
tariknya. Misalnya, Anda mencintai pria yang sekarang menjadi pasangan karena
kegantengan, kelembutan dan tanggung jawabnya. Lama-kelamaan, semua itu berubah
menjadi sesuatu yang biasa. Itu adalah kodrat manusia. Sesuatu yang baru
cenderung mempunyai daya tarik yang lebih kuat dan kalau sudah terbiasa daya
tarik itu akan mulai menghilang pula. Ada kalanya, hal-hal yang sama, yang
terus-menerus kita lakukan akan membuat jenuh dalam pernikahan.
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia
yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih
penting untuk diusahakan bersama.
Jika ingin sukses dalam pernikahan baru, perlu
menyadari tentang beberapa hal tertentu, jangan biarkan kegagalan masa lalu
mengecilkan hati. Menikah Kembali setelah perceraian bisa menjadi pengalaman
menarik. tinggalkan masa lalu dan berharap untuk masa depan yang lebih baik.
E. Alternatif
Selain Perkawinan
Single Life
Ada banyak alasan untuk tetap melajang. Perkembangan
jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, belum
bertemu dengan pujaan hati yang cocok, biaya hidup yang tinggi, perceraian yang
kian marak, dan berbagai alasan lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup
melajang. Batasan usia untuk menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat
pendidikan dan kesibukan meniti karir juga ikut berperan dalam memperpanjang
batasan usia seorang untuk menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi
terpaksa, tetapi merupakan sebuah pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan
perempuan yang memilih untuk tetap hidup melajang.
Persepsi masyarakat terhadap orang yang melajang,
seiring dengan perkembangan jaman, juga berubah. Seringkali kita melihat
seorang yang masih hidup melajang, mempunyai wajah dan penampilan di atas
rata-rata dan supel. Baik pelajang pria maupun wanita, mereka pun pandai
bergaul, memiliki posisi pekerjaan yang cukup menjanjikan, tingkat pendidikan
yang baik.
Alasan yang paling sering dikemukakan oleh seorang single
adalah tidak ingin kebebasannya dikekang. Apalagi jika mereka telah sekian lama
menikmati kebebasan bagaikan burung yang terbang bebas di angkasa. Jika hendak
pergi, tidak perlu meminta ijin dan menganggap pernikahan akan membelenggu
kebebasan. Belum lagi jika mendapatkan pasangan yang sangat posesif dan
cemburu.
Banyak perusahaan lebih memilih karyawan yang masih
berstatus lajang untuk mengisi posisi tertentu. Pertimbangannya, para pelajang
lebih dapat berkonsentrasi terhadap pekerjaan. Hal ini juga menjadi alasan
seorang tetap hidup melajang.
Banyak pria menempatkan pernikahan pada prioritas
kesekian, sedangkan karir lebih mendapat prioritas utama. Dengan hidup
melayang, mereka bisa lebih konsentrasi dan fokus pada pekerjaan, sehingga
promosi dan kenaikan jabatan lebih mudah diperoleh. Biasanya, pelajang lebih
bersedia untuk bekerja lembur dan tugas ke luar kota dalam jangka waktu yang
lama, dibandingkan karyawan yang telah menikah.
Kemapanan dan kondisi ekonomi pun menjadi alasan tetap
melajang. Pria sering kali merasa kurang percaya diri jika belum memiliki
kendaraan atau rumah pribadi. Sementara, perempuan lajang merasa senang jika
sebelum menikah bisa hidup mandiri dan memiliki karir bagus. Mereka bangga
memiliki sesuatu yang dihasilkan dari hasil keringat sendiri. Selain itu, ada
kepuasaan tersendiri.
Banyak yang mengatakan seorang masih melajang karena
terlalu banyak memilih atau ingin mendapat pasangan yang sempurna sehingga
sulit mendapatkan jodoh. Pernikahan adalah untuk seumur hidup. Rasanya tidak
mungkin menghabiskan masa hidup kita dengan seorang yang tidak kita cintai.
Lebih baik terlambat menikah daripada menikah akhirnya berakhir dengan
perceraian.
Lajang pun lebih mempunyai waktu untuk dirinya
sendiri, berpenampilan lebih baik, dan dapat melakukan kegiatan hobi tanpa ada
keberatan dari pasangan. Mereka bebas untuk melakukan acara berwisata ke tempat
yang disukai dengan sesama pelajang.
Pelajang biasanya terlihat lebih muda dari usia
sebenarnya jika dibandingkan dengan teman-teman yang berusia sama dengannya,
tetapi telah menikah.
Ketika diundang ke pernikahan kerabat, pelajang
biasanya menghindarinya. Kalaupun datang, mereka berusaha untuk berkumpul
dengan para sepupu yang masih melajang dan sesama pelajang. Hal ini untuk
menghindari pertanyaan singkat dan sederhana dari kerabat yang seusia dengan
orangtua mereka. Kapan menikah? Kapan menyusul? Sudah ada calon? Pertanyaan
tersebut, sekalipun sederhana, tetapi sulit untuk dijawab oleh pelajang.
Seringkali, pelajang juga menjadi sasaran keluarga
untuk dicarikan jodoh, terutama bila saudara sepupu yang seumuran telah menikah
atau adik sudah mempunyai pacar. Sementara orangtua menginginkan agar adik
tidak melangkahi kakak, agar kakak tidak berat jodoh.
Tidak dapat dipungkuri, sebenarnya lajang juga
mempunyai keinginan untuk menikah, memiliki pasangan untuk berbagi dalam suka
dan duka. Apalagi melihat teman yang seumuran yang telah memiliki sepasang anak
yang lucu dan menggemaskan. Bisa jadi, mereka belum menemukan pasangan atau
jodoh yang cocok di hati. Itulah alasan mereka untuk tetap menjalani hidup
sebagai lajang.
Melajang adalah sebuah sebuah pilihan dan bukan
terpaksa, selama pelajang menikmati hidupnya. Pelajang akan mengakhiri masa
lajangnya dengan senang hati jika telah menemukan seorang yang telah cocok di
hati.
Kehidupan melajang bukanlah sebuah hal yang perlu
ditakuti. Bukan pula sebuah pemberontakan terhadap sebuah ikatan pernikahan.
Hanya, mereka belum ketemu jodoh yang cocok untuk berbagi dalam suka dan duka
serta menghabiskan waktu bersama di hari tua.
Arus modernisasi dan gender membuat para perempuan Indonesia dapat menempati
posisi yang setara bahkan melebihi pria. Bahkan sekarang banyak perempuan yang
mempunyai penghasilan lebih besar dari pria. Ditambah dengan konsep pilihan
melajang, terutama kota-kota besar, mendorong perempuan Indonesia untuk hidup
sendiri.
DAFTAR PUSTAKA:
Adhim, Mohammad
Fauzil (2002) Indahnya Perkawinan Dini Jakarta: Gema Insani Press (GIP)
http://21juli1991.blogspot.com/2013/05/cinta-dan-perkawinan.html